Jambuluwuk Malioboro

Tiba di Jogja, kami disambut dengan hujan gerimis sepanjang hari, mengingat ini masih musim hujan. Kedatangan kedua kalinya di Jogja tidak seperti lazimnya, suasana kota istimewa ini kecuali sejuk juga masih sepi sebab tidak begitu banyak orang berkunjung sebab pandemi.

Sebagian daerah liburan juga masih tutup, jadi kali ini aku bersantai saja di salah satu hotel dengan nuansa alam di tengah Kota Jogja, sekalianlah aku mengulas sedikit pengalaman menginap di hotel ini.

Hotel alternatif aku kali ini adalah Jambuluwuk Malioboro Hotel Yogyakarta. Walaupun ada kata malioboro hotel ini tidak berlokasi di Jalan Malioboro ya, tetapi di Jalan Gajah Mada No. 67 Yogyakarta, tetapi tenang sekiranya ingin ke Jalan Malioboro tidak begitu jauh kok, hanya 15 menit jalan kaki.

Suasana hangat sebab disambut oleh petugas hotel dengan ramah, aroma kopi dan jamu khas Jawa benar-benar terasa sebab di komponen lobby saat itu ada sebuah stand kopi. Lobby hotel Jambuluwuk ini cukup luas dengan desain arsitektur khas Jawa, lengkap dengan ornamen wayang dan alat musik gamelan yang dimainkan diwaktu tertentu.

Oh ya dari lobby ini juga kelihatan di lantai 2 ada sebuah butik mini yang tersusun bermacam-macam jenis baju dan kain batik.

Aku menuju resepsionis yang dibantu buah hati magang untuk cara kerja check-in dengan menonjolkan bukti booking. Karena kami datang lebih awal 2 jam, sambil menunggu kamar siap kami menitipkan barang bawaan dan kulineran dulu di Soto Pak Tembus (berlokasi di dua blok samping hotel).

Makan siang selesai, saat kembali ke hotel kami malah telah bisa masuk ke kamar yang berlokasi di lantai 5. Tata ruang di hotel ini cukup menarik, di komponen tengah hotel (tepatnya di lantai 3) terdapat sebuah taman mini lengkap dengan gazebo, meja dan beberapa bangku.

Karena lokasinya outdoor taman tersebut telihat basah sebab masih hujan, jadi hanya bisa aku lihat dari balik dinding kaca saja. Walaupun hujan dari lorong berdinding kaca ini kita juga bisa melihat Gunung Merapi dengan terang loh, malah dari jendela kamar sekali malah.

Baca Juga : Review Daerah Tamasya Bisa Ngecamp dan Berastagi Di Puncak

Menurut aku lorong utama memang cukup luas, tetapi saat menuju pintu kamar terasa sempit (pintunya berhadapan dengan kamar sebelah), tetapi tenang saat telah di dalam kamar ternyata rasanya cukup luas kok.

Tipe kamar yang aku pilih saat menginap adalah Superior Room dengan harga Rp. 888.888,- (untuk satu malam, telah termasuk breakfast untuk dua orang) *ini harga bulan Maret 2021 melalui Antavaya.

Untuk fasilitas cukup lengkap, mulai dari TV dengan channel internasional, meja kerja, wifi (hanya saja saat itu koneksinya cukup lambat), ada teko listrik lengkap dengan dua botol minuman, beberapa sacset kopi, gula, dan teh serta mug.

Selain itu di sebelah meja dan kulkas terdapat daerah lemari dengan gantungan daerah, di komponen bawahnya ada brankas penyimpan, dua pasang sandal hotel dan rak untuk menjemur handuk.

Walaupun untuk kamar mandinya, terdapat toileteris yang lengkap, mulai dari sabun, shampoo yang dikemas dalam tube bernuansa putih lengkap, sepasang sikat gigi dan pasta, plastik penutup rambut kesemuanya diletakan di sudut wastafel. Kamar mandi dengan shower yang bisa bisa air panas dan dinginnya. Sepasang handuk dan handuk keset.

Dari lantai kamar aku bisa melihat melihat pemukiman warga, serta panorama ke bawah terdapat kolam renang. Letak kolam renangnya di belakang, bersebelahan dengan playground, daerah gym, dan ruang makan.

By admin